By Harianto Herdiman

Monday, March 28, 2011

Enjoying Insanity

Ok, gw mau nulis apa yg gw pikirin secara serius kali ini.
Gw mau bawa topik philosophy hidup.

First of all, there is no absolute answer kalo topiknya udah menyangkut one's value & belief system. Mungkin juga 5-10 tahun ke depan belief system & value gw will change dari apa yg gw tulis sekarang, so don't judge yourself according to this post.

Prinsip dalam hidup setiap orang bermacam macam. Contohnya antara lain adalah; yang penting kepuasan, bersusah susah dahulu bersenang senang kemudian, preparation is the key to success, apa yang ditanam maka entar yang di panen, better be prepared, and so on and so on...

Tapi, philosophy hidup gw sekarang adalah "never regret what you did"
Karena menurut gw yang masih muda dan sedikit idealis, hidup itu untuk dijalani menurut keinginan "roh", bukan dari paksaan orang lain yang memberi stigma baik positif/negatif. Tapi tolong dicatat bahwa ada kalanya kita harus mendengarkan masukkan, karena kritik & masukkan membangun, tapi terggantung siapa yang memberikan kritik/masukkan tersebut.

Menurut leadership training yang gw dapet pas jaman sma, gw masuk ke dalam kategori orang naif karena tendency gw hanya mau mendengarkan/mengikuti nasihat & masukan dari orang orang yang expert di bidangnya. Dengan kata lain, gw mengikuti prinsip argument Aristotle; Ethos. Dimana kredibilitas seseorang menentukkan seberapa kuat argument yang dilontarkan oleh orang tersebut. Well, I think ga ada yg salah dengan ini, jadi gw ga merasa keberatan kalo harus di cap sebagai orang yang naif.

Balik lagi ke topik awal, jadi philosophy hidup gw adalah "never regret what you did"
Kadang emang rasanya jengkel/kesal kalau ternyata action yang gw ambil salah padahal udah ada orang yang kasih warning ke gw. contoh: semasa kecil gw suka main sepeda, dan kalau udah main bisa pulang kalo langit udah gelap, padahal nyokap & bokap gw melarang gw buat main sepeda sampe malem dengan alasan kalo ada lubang di jalan bisa jatoh, ntr pala gw bisa bocor. Oh well, gw tetep aje main sepeda sampe malem & akhirnya suatu saat gw jatoh di aspal gara gara lubang sialan. Alhasil, lutut gw di jait karena robek parah sampe kemasukkan batu kerikil. Yah, masih untung pala gw ga bocor gara gara jatoh dari sepeda.

The point is, gw ga pernah menyesal dengan kejadian tersebut karena kalo gw ga jatoh, gw ga bakal puas dengan masa kecil gw yang bandel.

Contoh lain: pilihan fashion gw. Banyak orang bilang kalo sense of fashion gw kayak bapak bapak, tapi aku tak perduli~~ soalnya orang mungkin bilang jelek kalo gw pake long sleeve item polos, tapi yg penting nyaman & gw ga pernah minder/ menyesal beli long sleeve item polos.

Kadang juga keputusan/action yg gw ambil dalam kehidupan sehari hari salah & berdampak negatif bagi gw. Banyak orang mungkin menyesal ketika mengambil keputusan yang salah, tapi buat gw beda. Menurut gw, not so many people who can afford mistakes. What does nit kill yo only makes you stronger. Jutru orang orang yang biasa menahan rasa sakit yang bisa go through di saat saat kritis dimana sebagian besar orang tidak bisa melangkah maju.
In the end of the day, hidup akan terasa lebih hidup kalau kegagalan bisa dinikmati. Another personal philosophy "you will never know what is sweet if you never taste what is bitter"
Hidup itu ga selamanya manis, kadang rasa pahit itu perlu supaya lu lebih bisa merasakan betapa manisnya rasa manis.

Dengan kata lain, I enjoy every single mistake I did. If people call me insane, let them be. I'm enjoying my insanity.

2 comments:

  1. Walaupun it looks good on paper, but "never regret what you did" does not work in real life. How do I know? Because I used to have a similar principle of life - and now ... I regretted that I held that for so long.

    ReplyDelete
  2. People often asked me what mistakes I would like to fix if time travel is possible, but I wouldn't because every single mistake I did in the past define who I am today. Therefore, I am grateful for the opportunity. However, for every mistakes that one did, he has to admit that he was wrong and atonement was not just enough without forgiveness.

    ReplyDelete